Mulanya Chandra hanya memiliki 7 mesin dalam bisnis garmen tersebut, namun berkat kerja kerasnya Chandra berhasil mengembangkan usahanya dan menambah mesin. Sehingga total mesin yang Chandra punya menjadi 150.

Ide untuk mendirikan sebuah maskapai penerbangan muncul tatkala Chandra kesulitan untuk pulang ke kampung halamannya. Chandra membutuhkan waktu kurang lebih 11 jam dengan menaiki kapal laut, itupun jika tidak ada ombak. Sedangkan jika dia menaiki pesawat waktu yang ditempuh akan jauh lebih sedikit karena tak terhalang ombak.

Akhirnya Chandra memutuskan untuk merintis bisnis penerbangan sembari menjalani bisnis garmennya yang tengah berkembang pesat. Beberapa tahun kemudian, Chandra memilih untuk fokus dengan bisnis barunya dan menyerahkan bisnis garmennya tersebut kepada temannya.

Di tahun 2000, Chandra mulai mengajukan izin untuk mendirikan maskapainya dengan dibantu saudaranya Hendry Lie, Johanes B, dan Andy Halim. Butuh waktu 3 tahun untuk memproses izin ini. Hingga pada 10 November 2003, Sriwijaya Air mulai beroperasi dengan melakukan penerbangan pertamanya.

Chandra Lie dan saudaranya memulai Sriwijaya Air dengan satu armada saja yaitu Boeing-737-200. Kerja keras akan membuahkan hasil, kini Sriwijaya Air telah memiliki 48 pesawat Boeing dengan total 53 rute penerbangan.

Chandra Lie mulai mengepakkan sayapnya dalam dunia penerbangan tepat setelah 10 tahun Sriwijaya Air mengudara. Chandra mengembangkan NAM air, maskapai ini melayani penerbangan untuk wilayah terbang yang lebih kecil sebagai pengumpan (feeder). Selain itu, Sriwijaya Group juga membangun sebuah sekolah penerbangan dengan nama NAM Flying School.

Sumber : Kumparan

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *