DJABARPOS.COM, Garut – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 2025 di SMAN 22 Garut, Kecamatan Cisompet, dimanfaatkan sebagai momen penting untuk membangun kesadaran siswa tentang kesiapsiagaan bencana. Kegiatan ini digelar pada Selasa, 15 Juli 2025, dengan menggandeng Relawan Penanggulangan Bencana (PB) BPBD Provinsi Jawa Barat.

Dalam kegiatan bertema “Membangun Kesiapsiagaan Bencana di Lingkungan Sekolah”, para siswa dibekali pengetahuan dasar kebencanaan yang disesuaikan dengan karakter wilayah Cisompet, yang tergolong rawan bencana. Wilayah ini dikelilingi pegunungan dan diapit tiga sungai besar yang bermuara ke pesisir selatan Garut, menjadikannya rentan terhadap berbagai ancaman bencana alam seperti longsor, banjir, pergerakan tanah, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, serta gempa bumi.

Kepala SMAN 22 Garut, Ati Supriati, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan agar seluruh warga sekolah, terutama siswa-siswi baru, mampu mengenali potensi bencana di lingkungan sekitar serta memahami strategi mitigasi dan deteksi dini.

“Melalui pembinaan ini, kami berharap para siswa tidak hanya mengenal jenis-jenis bencana, tapi juga mampu berperan aktif dalam mengurangi risikonya, minimal di lingkungan sekolah,” ujar Ati.

Sementara itu, Mang Ipi, perwakilan dari Relawan PB BPBD Jabar yang hadir sebagai narasumber, menekankan pentingnya kesadaran individu sebagai dasar membangun ketangguhan bersama. Ia menyebut, keberhasilan mitigasi bencana dimulai dari langkah kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan mampu mengelola sampah menjadi produk bernilai guna.

“Bencana tidak bisa diprediksi, tapi kita bisa mempelajari karakter dan potensi bencana untuk mengurangi dampaknya. Kesadaran dan budaya siap siaga harus dibentuk sejak dini, dimulai dari lingkungan sekolah,” tuturnya di hadapan ratusan siswa.

Lebih lanjut, Mang Ipi juga mengajak seluruh warga sekolah untuk mengunduh dan memanfaatkan aplikasi InaRisk dari BNPB, sebuah aplikasi berbasis peta yang memberikan informasi mengenai potensi risiko bencana di wilayah tertentu.
“Aplikasi InaRisk sangat penting dimiliki oleh semua warga sekolah, karena bisa membantu dalam mendeteksi potensi bencana secara dini, memberi informasi tentang mitigasi serta langkah-langkah evakuasi,” ujarnya.

Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, MPLS di SMAN 22 Garut tahun ini tidak hanya mengenalkan lingkungan sekolah, tapi juga menanamkan nilai penting tentang keselamatan dan keberlanjutan hidup di daerah rawan bencana. (Agus Sambas)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *