Politisi asal Dapil Sumatera Utara I ini juga menceritakan pengalamannya saat menjemput enam jenazah Laskar FPI di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Ia merasakan keanehan-keanehan. Sebagai Anggota DPR yang menjalankan tugas pengawasan, ia tidak diberikan kesempatan untuk bertemu dengan penanggung jawab yang memproses jenazah enam laskar.

“Kita minta ketemu sama penanggungjawabnya sampai pulang tidak ketemu,” kata dia.

Bahkan, Romo Syafi’i merasa dibohongi, saat disuruh menunggu di suatu tempat yang pada akhirnya ia tidak dapat mengakses jenazah. “Kita dikibuli, ada yang ditutup-tutupi, sangat tidak transparan,” kata politisi yang juga mubaligh itu.

Romo Syafi’i mengaku khawatir jika kasus ini hanya ditangani kepolisian dengan tidak transparan justru akan menimbulkan “social distrust.” Menurutnya, disinilah urgensi pembentukan TGPF itu harus dilakukan sesegera mungkin.(**)

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *