Namun, simpati mengalir ketika Hendri mengungkapkan maksud serta tujuan menerobos lapangan. Pemuda yang ketika itu baru berusia 20 tahun mengaku kesal dan kekecewaan atas performa tim Merah-Putih, yang tidak kunjung berprestasi, termasuk pada pertandingan melawan Oman yang dia anggap jelek.

Kekesalan semakin menjadi karena PSSI di era tersebut menjadi organisasi yang tidak sehat. Pasalnya, Nurdin Halid sebagai orang nomor satu di PSSI sempat menjalankan roda organisasi dari balik jeruji besi karena menjadi terpidana tindak pidana korupsi.

“Saya kecewa tidak bisa membobol gawang Oman. Tendangan saya memang terlalu lemah karena pakai celana panjang. Kalau pakai celana pendek, mungkin ceritanya akan beda. Itu semua bentuk kekecewaan saya terhadap permainan timnas dan PSSI,” ungkap Hendri saat ditemui awak media setelah pertandingan.

Aksi Hendri di pertandingan internasional langsung mendunia. Media-media olahraga mancanegara seperti ESPN, BBC Sport, hingga Al-Jazeera menjadikan pertandingan tersebut headline. “Pendukung Indonesia yang frustrasi menjadi pemain pengganti di lapangan,” tulis Reuters saat itu.

Bahkan, Pelatih Oman asal Prancis, Claude Le Roy, sempat ikut berkomentar. Dalam sesi konferensi pers setelah laga, mantan nakhoda Kamerun itu mengaku kagum dengan keberanian Hendri. Dia bisa mengerti dengan ulah pendukung sepakbola yang frustrasi melihat tim kesayangan tidak bermain bagus dan kalah.

“Ini salah satu bentuk fanatisme yang luar biasa dari warga Indonesia pada sepakbola. Mereka hanya tidak ingin timnya kalah,” ucap Le Roy.

Hanya berselang jam, dukungan kepada Henri mengalir deras di sejumlah platform media sosial. Di Facebook misalnya, muncul banyak fan page dan group yang terkait dengan Hendri. Bahkan, ada fan page mengkampanyekan agar Hendri menjadi Ketua Umum PSSI yang baru.

Sumber : Libero.id

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *